Langsung ke konten utama

Alur ATE (Adenotonsilektomi) alias operasi Amandel, sekedar berbagi cerita #jilid 2

*nyeruput teh anget*

Terima kasih karena sudah menunggu jilid ke2.,

*menaruh kembali gelas ke atas meja, sudah kosong*

Baiklah,
mari kita lanjut lagi ceritanya!


Saya digeladak, posisi tidur di kasurnya itu.. Kasur dibawa plus pasiennya, saya posisi selimutan, masih dengan infus, banyak berdoa agar proses operasi diberikan kelancaran. Keluarga menemani selama saya digeladak, dari lantai 7 sampai lantai 1 sampai dengan ruang operasi. Di depan pintu ruang operasi kami berpisah.
Suami, mamah, papah, adek... mereka menunggu di luar sementara saya melanjutkan perjuangan saya ke dalam ruang operasi. Saya pura-pura ga takut biar kuat menjalani operasi, padahal aslinya sama jarum suntik aja takutnya setengah mati. Dan, baru ini saya mondok, langsung operasi pula. Saya mah dari kecil ga pernah sakit yang berat ampe harus mondok di RS. Kejadian operasi amandel ini membuat rekor juara bertahan saya tergagalkan..

Saya masuk ditemani perawat yang tadi nggeladak saya, trus ada beberapa perawat lagi gabung, laki-laki perempuan. trus ada dokter-dokter masuk, kalo ga salah 1 dokter laki-laki senior nanyain saya operasi apa, saya jawab amandel.. trus beliaunya komen, udah segini tu operasinya sc, masa' amandel kaya' anak-anak aja.. ngajakin becanda gitu.. yang lain ketawa-ketawa, termasuk saya. trus ada dokter perempuan, dokter A yang menangani saya, beliau suruh saya tenang. kemudian 1 dokter laki-laki yang rada muda dibanding yang lain, beliau ini sepertinya yang anestesi, soalnya beliau menyuntikkan cairan di punggung tangan kanan saya, menyuruh saya rileks sambil diusap-usap bekas suntikannya tadi.. dan saya ngerasa pusiiingg banget kepala muter-muter trus gelap.


Saya bangun kira-kira 1 atau 1,5 jam kemudian dengan keadaan bercucuran air mata, lemes.. saya seperti habis meronta karena kaki saya posisi masih dipegang beberapa tenaga medis. Itu pun saya merasakan bahwa badan saya lemas dan ga terkendali, seperti mau menolak- ingin turun dari ranjang operasi dan menyudahi prosesnya, tapi badannya lemas. 
Kepala saya masih pusing luar biasa, berputar-putar, sehingga saya memutuskan untuk memejamkan mata sembari terus menangis, karena saya merasakan sakit luar biasa di dalam tenggorokan saya. Perih sekali, untuk menelan air liur sendiri pun rasanya seperti terbakar. Benar-benar sakit sekali yang tidak bisa tergambarkan.
Saya menunggu sekitar 10-15 menit di ruangan tersebut, saya tidak tahu namanya mungkin ruang pemulihan atau ruang tindakan, dsb.. fungsinya sebagai ruang transit pasca operasi sambil menunggu pasien sadar dan menstabilkan keadaan pasien sebelum dikembalikan ke kamar pasien. 
Saya seperti tidak bertenaga, saya masih menangis dan bercucuran air mata (ampe di-lap terus sama dokter dan perawatnya), telinga saya rasanya ikut sakit, dan yang paling jelas sakitnya itu di tenggorokan. Saya pun ga bisa keluar ruangan dengan tersenyum seperti saat masuk ruangan tadi.. Saya menangis kesakitan waktu dibawa keluar ruangan dan disambut oleh keluarga saya. Keluarga cuma bisa menenangkan dan diam mengikuti saya yang digeladak kembali ke ruangan oleh perawat...


Saya masih menangis waktu dokter visit ke ruangan untuk memastikan perkembangan kondisi saya. Saya disuruh minum, dan minum agar tenggorokan tidak kering dan terbiasa dilewati air. Kalau tidak, malah justru tidak sembuh-sembuh.
Saya coba minum, sakitnya luar biasa.. saya hanya bisa menahan sakitnya dan memutuskan minum 1-2 teguk saja karena merasa lebih baik tidak minum daripada sakit seperti itu.
Oya, dokter juga bilang abis operasi boleh makan eskrim.. dan minuman dingin-dingin biar lukanya cepet sembuh. Membantu pembekuan darah mungkin yah..  

Makanan sudah diantarkan dalam bentuk bubur sumsum yang super halus, dan saya tidak mau makan karena takut sakit.
Jadi sehari-hari saya cuma diam menahan sakit sambil nonton TV. Saya juga tidak bisa berbicara karena menggerakkan mulut sedikit saja akan membuat tenggorokan sakit. Jadi saya cuma pakai bahasa isyarat saja kalau suami atau keluarga bertanya atau mengajak bicara. Minum? saya minum waktu saya benarrr benarrr haus, dan itupun cuma beberapa teguk.

Jus yang dibelikan mertua (setelah dibilang boleh minum dingin-dingin atau es krim) itupun cuma diminum sedikit, sekedar untuk melegakan hati beliau. Pengennya sih ga makan, ga minum, cuma diam saja. 

Tapi ternyata salah juga sih..
Harusnya ga seperti itu. harusnya emang dibiasakan minum terus lah minimal, dan makan buburnya jangan sedikit-sedikit amat (saya kan tadinya cuma makan buburnya sedikit sekali, paling beberapa pucuk sendok), karena saya cuma bisa langsung telan sambil nahan perih. dan saya lanjut untuk memperbanyak minum air putih.. roti? sakit. buah? NO banget. makanan dan minuman lain-lain? mendingan NO sih kalau saya. bubur sih bisa langsung telan, kalau lauknya? saya potong kecil-kecil dulu pakai sendok trus coba rada dialusin biar lembut, baru deh dicampur bubur dan ikut ditelan juga. itu tips dari saya.

Oya, jam 15.00 atau 16.00 an waktu perawat nawarin mau lap sendiri atau dilap perawat #bukan mandi (dan saya jawab dilap perawat karena saya masih lemes & kesakitan), saya merasa mual dan suami saya buru-buru mengambil kantong plastik untuk saya muntah. ternyata muntahnya darah, banyak, dan yang warnanya gelap. mungkin bekas operasi tadi, dan darah tersebut memang harus keluar (lewat muntah), karena sedari tadi juga ada yang mengganjal di tenggorokan saya.

 Dokter menawarkan mau pulang sekarang atau besok? Saya jawab besok, karena saya masih merasakan sakit dan lemas di sekujur badan. Mosok sakit gini kok ditawarin pulang, pikir saya. Saya mengeluh sakit untuk menelan minum maupun makanan, dokter bilang tidak apa-apa, dibiasakan saja agar mempercepat penyembuhan. Kata beliau, kalau anak kecil abis operasi cuma dikasih es krim langsung sembuh. Saya sih meringis aja, mengingat luka masih perih banget.. kaya' tenggorokan abis dibelek diiris-iris pisau. 

 Saya nginep 1 malam lagi, masih ditemani suami yang setia menjaga, dan beliau mulai mengerti dan fasih menerjemahkan bahasa isyarat saya kalau saya lagi kesakitan ga bisa bicara. Malam keluarga datang lagi, malah lebih ramai dengan pakde bude kakek nenek, tapi saya tidak bisa banyak cerita. diwakili suami dan mamah papah aja yang menjawab.. 

Lalu..
H+1 setelah operasi, saya masih makan bubur sumsum dari rumah sakit, sampai rumah juga dibuatkan bubur sama mamah sampai dengan H+2, H+3, H+4, dst ditemani bubur dengan lauk tahu dikuah kuning. Buburnya bubur nasi. Saya mau bilang ke mamah kalau buburnya bubur sumsum saja, tapi tak apalah.. merasa tak enak hati karena banyak merepotkan. Jadi kalau bubur nasinya kurang halus, saya haluskan manual pakai punggung sendok. Sembari menghaluskan tahu juga.. Karena hanya itu yang bisa saya makan, untuk ayam belum bisa mencerna karena belum bisa mengunyah seperti biasa. Oya, saya H+3 sudah makan eskrim dan menyimpan stok es krim di dalam kulkas.

Kalo ga salah, H+5 saya mencoba daging ikan yang lembut, daging ayam sedikit-sedikit, belajar makan kue sedikit-sedikit yang sekiranya tidak terlalu sulit dicerna. 
Oya, tenggorokan akan terasa perih kalau terkena makanan pedas walaupun kadar pedasnya sedikit. Padahal tadinya saya jagoan pedas, maicih level 10, ramen level 10, 1 gorengan cabe rawitnya 4-7, bikin mie rebus pake cabe rawit merah 10 biji; eh abis operasi jadi K.O, dan tenggorokan settingannya seperti di-reset tingkat sensitifitasnya pada rasa, terutama pedas.

H++ berapa saya lupa, saya sudah di Lampung, sendirian dan ga ada yang merawat.. akhirnya saya makan mie (yang saya rasa lebih lembut dari nasi), atau bikin bubur sendiri dari nasi, dengan tekstur yang tidak terlalu lembut. Lauk? telur rebus atau telur asin.
Saya masih mengurangi porsi bicara dan kalau bicara pun lebih lembut, tidak se-normal waktu saya belum operasi. Kalau bicara kencang atau teriak, tenggorokan akan terasa sakit.

2 minggu setelah operasi, saya mulai merasa sakit di tenggorokannya berangsur mereda.
1 bulan setelah operasi saya sudah bisa makan normal (nasi dan lauk-lauknya), dan saya belajar terus untuk makan pedas, karena saya kangen rasa pedas. #hihihihi.. bandel..

Selanjutnya, saya harus jaga kondisi agar luka benar-benar sembuh dan tidak terjadi infeksi setelah operasi. Alhamdulillah membaik sampai dengan sekarang.. 4 bulan pasca operasi, tetep makan pedes-pedes.. 

Setelah operasi amandel juga kaya'nya ga pernah kena flu lagi, sakit ga pernah, palingan cuma panas, demam, ga enak badan, pusing dsb. 
Oya, sakit telinga yang diderita setelah operasi selesai, itu sudah dikonsultasikan dokter dan sudah diberikan obat, namun waktu saya kembali ke Lampung dengan menggunakan pesawat, saya harus menggunakan earmuff untuk menutupi telinga saya dari bunyi pesawat yang dapat membuat telinga saya lebih sakit. dan sekarang udah normal, alhamdulillah..



Yak, gaes..
Gitu deh ceritanya, semoga bisa menginspirasi teman-teman yang mencari referensi yaa..
Tips saya, kalau mau operasi amandel, makan dulu segala makanan favoritmu.. 
soalnya kalau abis operasi, ga bisa makan apa-apa sampai dengan beberapa minggu kemudian.
Well, good luck yah!
 

Komentar

  1. Halo mba ditaa..bbrp kali saya baca postingan mba tuk meyakinkan sy operasi.akhirnya sy operasi jg.skrg tenggorokan sy msh skit dan blm bisa bicara.smga lekas pulih ya.sy merasakan hal yg sama.suami sy jg support dan mulai fasih dg bhsa isyarat.Oya ini sy pakai email suami sy krn susah gnti d hp.trmksh infonya ya mba.by The way betul bgt mba,keluarga adlh segalanya.aq pun di urus oleh ibu pasca operasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. trimakasih mba ita krn membaca dan menjadikan postingan ini sbg referensi. Klo buat kesehatan hrs dilakukan ya dijalani saja, toh hasilnya kita juga yg menikmati. Sabar untuk kondisi pasca operasi yg menyakitkan, badai pasti berlalu kok. Hehe.. get well soon ya

      Hapus
    2. Haha.. trimakasih mba ita krn membaca dan menjadikan postingan ini sbg referensi. Klo buat kesehatan hrs dilakukan ya dijalani saja, toh hasilnya kita juga yg menikmati. Sabar untuk kondisi pasca operasi yg menyakitkan, badai pasti berlalu kok. Hehe.. get well soon ya

      Hapus
  2. Saya juga baru tanggal 7 desember 2016 operasi ATE di sultan agung. Tp untungnya gg sampe mual/ muntah darah. Karena sebelumnya udah di suction. Tersiksa mkn dan minum, tapi krn bandel. H+2 udah mkn omelet, mkn pepes ikan, mkn buah, tp klo bicara rada di kurangi. Pas liat di kaca bekas operasinya ngeri.

    BalasHapus
  3. Saya juga baru tanggal 7 desember 2016 operasi ATE di sultan agung. Tp untungnya gg sampe mual/ muntah darah. Karena sebelumnya udah di suction. Tersiksa mkn dan minum, tapi krn bandel. H+2 udah mkn omelet, mkn pepes ikan, mkn buah, tp klo bicara rada di kurangi. Pas liat di kaca bekas operasinya ngeri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf late reply nih mas.. wah keren juga H+2 udah makan buah. Kalo saya ga berani yang sekiranya bikin rahang saya bergerak banyak. Hehe.. iya bekas operasinya putih2 gitu kan ya..

      Hapus
  4. Mbak ada alamat email atau fb ? Saya ingin sharing tentang operasi amandel , saya baru 2 bulan lalu operasi amandel

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi cerita pengalaman ATE (Adenotonsilektomi) alias Operasi Amandel #jilid 1

Hei hei gaeesss.. Pengen berbagi nih pengalaman operasi saya yang udah lalu. Udah lumayan lama sih, tapi saya pengen bagi di sini biar kalian-kalian yang lagi cari info bisa nambah referensinya. Dari kecil saya emang sering radang tenggorokan, kata dokter-dokter sih karena amandelnya gede, kecapekan dikit panas.. radang.. sering kena flu juga.. tapi orang tua ga pernah inisiatif buat membawa saya ke meja operasi, mungkin karena ngeri dan ngerasa ga perlu.. atau belumm.. nah, berhubung saya sekarang merantau, saya harus jaga diri sendiri dengan lebih baik. Soalnya sakit-sakit juga saya sendirian, ga ada yang ngrawat. Di sini saya juga masih sering sakit radang, capek dikit kumat.. dan terakhir itu pas bulan Mei saya kebetulan lagi pulang ke rumah di Semarang, kecapekan gitu karena perjalanan+aktivitas di sana trus sakit. Demam, sakit di leher & tenggorokan, ngrasa panas dan nyeri telan. Yah, diliatin dokter spesialis THT ternyata radang lagi dan amandelnya udah gede...

Perkenalan lagi nggih yang lebih mendalam

Assalamu'alaikum masbro dan mbaksist sekalian.. Sugeng enjang.. Nyuwun sewu, kula badhe perkenalan diri rumiyin nggih.. Kala wau kan mboten sempet. Sak menika kula bocori kemawon informasi alias data dirinipun kawulo nggih.. Maap nih masbro mbaksist sekalian, bahasa Jawa saya ngacak karena ga pernah diimplementasikan dengan baik di keseharian saya. Yah..gitu deh anak jaman sekarang, suka lupa sama budaya sendiri, kurang dalam rasa ingin tahu, trus ga mau belajar.. ujung-ujungnya kalo udah beranjak dewasa kaya' saya, nyesel karena dulu nilai Bahasa Jawa-nya jelek, nyesel karena dulu ga belajar Krama Alus Krama Inggil dengan lebih maksimal, nyesel ga bisa Aksara Jawa yang sekarang kalo kita bisa bakal jadi ilmu yang langka banget.. Dan saya merupakan salah satu contoh anak muda yang gagal melestarikan budaya Jawa dengan baik. Yang ada cuma ilmu seadanya yang seperti ini lah.. ngacak. Tapi yah, setidaknya saya masih bisa daripada tidak sama sekali kan ya? ya...